Beban pekerjaan dan tekanan ekonomi untuk menjalani hidup telah melahirkan ekspresi budaya kelas "Jamet Kuproy". Ekspresi ini menjadi istimewa, karena muncul material budaya urban yang tidak umum (
sehingga pengguna media sosial lebih bijak dalam membuat konten agar tidak diskriminatif terhadap kelompok tertentu.
Tentu saja istilah gaul ini muncul untuk disematkan pada sosok metallic dari segi jiwa dan penampilannya. Istilah tambahan Kuproy sebenarnya lebih merujuk pada penampilan.
Ketika orang sudah putus asa, yang bahkan buat orang Jawa pun, meski presiden dan nyaris semua orang paling berkuasa di negeri ini dari masa ke masa didominasi suku Jawa, jurang kelas sosial-ekonomi itu tetap enggak sirna.
Contoh lainnya adalah kontras antara "anak senoparty" dan "the nuruls" dalam hal gaya busana dan tempat nongkrong.
Jamet merupakan kependekan dari 'jajal metallic' atau 'jawa steel' yang digunakan ketika melihat seseorang yang berpenampilan seperti anak metal dan bergaya sok keren. Apa ciri ciri jamet?
Ritme yang cepat racikan Sahudi disulap menjadi dentum bass yang bertabrakan a la Atari Teengae Riots, atau mirip-mirip rooster D-trash information, label electronic yang moncer mengkurasi musik elektronik lokal.
yang bisa mencakup gaya berpakaian dan gaya rambut. Jamet Kuproy identik dengan baju kedodoran dan celananya yang ketat. Celana ketat pensil yang dipakai juga sering kali sobek-sobek.
Saya nggak berusaha menghakimi orang-orang yang sedang berbahagia dengan guyonan jamet nih, ngomong-ngomong. Ketidaktahuan masyarakat memang terkadang membuat hidup lebih ringan. Tapi ketidakpedulian akan rasisme dan labelling ini bakal lebih bahaya lagi.
yang adalah kependekan dari “kuli proyek” sebagai penegasan gaya yang dipakai oleh pekerja kasar.
yang ramai dikenakan. Maka tak heran apabila kita keluar ke tempat umum, kemudian melihat gaya sekarang semua akan nampak sama dan seragam. Dengan baju oversize
Istilah komuk diartikan sebagai muka. Ada juga yang mengartikan sebagai kependekan dari ‘kontrol muka’ website yang digunakan ketika memberi tahu untuk mengontrol ekspresi wajah atau menyatakan bahwa ekspresi wajahnya tidak terkontrol.
. Kebutuhan untuk melepas penat dengan cara kilat merupakan inti yang menggerakkan ekspresi folklor city. Batasannya bukan lagi etnis atau foundation kewilayahan, tapi kelas sosial.
orang-orang berbahasa Sunda atau Betawi mungkin susah memahami betapa nikmatnya misuh Suroboyoan ketika ngatain teman. Apalagi ngomel-ngomel pakai bahasa ngapak, haduh the most beneficial